Google

Friday, November 3, 2017

Aplikasi Kebangsaan dalam Prespektif masa depan Untuk jasa pahlawan



Aplikasi Kebangsaan dalam Prespektif masa depan
Untuk jasa pahlawan
Disampaikan pada kegiatan
MEMATRI JIWA GENERASI MUDA MENERUSKAN CITA
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur
oleh
Dr. H. Djoko Adi Walujo,S.T.,MM*)

Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa para pahlawannya. Kalimat bijak ini acapkali kita dengar,bahkan diucapkan orang banyak atau terpapas masal di Koran  majalah dan media elektronik lainnya.Frekuensinya lebih dahsyat ketika mendekati detik-detik peringatan hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 Nopember. Tanggal tersebut kini ditetapkan sebagai hari Pahlawan untuk mengenang pertempuran heroik arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu.Dari penghelatan  Yang hebat itu, menyadarkan kita semua untuk menanyakan kembali disetiap hati sanubari kita, utamanya pada generasi muda: “Apakah bangsa ini telah mengambil prakarsa cerdas dalam menghargai jasa para pahlawannya?”, lalu bagaimanakah cara mengaplikasikannya di masa depan?
           Pada hakikatnya dalam hidup dan kehidupan berbangsa, kita memerlukan hadirnya pahlawan-pahlawan. Keberadaannya menjadi semakin mengental bahkan dapat dinyatakan sebagai kebutuhan kultural masyarakat. Kehadirannya dalam masyarakat dirindukan, apalagi seiring dengan perjumpaan bangsa dengan zaman yang mengglobal ini. Pahlawan adalah ikon “exempla” (keteladanan) bukan ikon “verba” (sebuah kata-kata), karena ia merupakan sosok teladan yang menjadi sumber inspirasi bagi generasi lintas zaman. Semangatnya  pantang menyerah, rela berkorban, cinta tanah air, ketegaran hati, bahkan tak pernah mengalkulasi untung rugi adalah sebagian dari nilai-nilai yang terpatri dan melekat kuat pada diri sosok pahlawan.
Bagaimanakah kita mengapresiasi Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tanggal 10 November saat ini? Kemudian bagaikama kita mengplikasikan di masa depan? Tentu jika dicermati banyak model atau cara yang dapat dilaksanakan, terutama ketika kita berhasrat mewujudkan niatan yang bermanfaat kepusaran  kemajuan yang tertuju pada kemandirian bangsa ini. Peringatan Hari Pahlawan jelas bukan hanya sekadar mengingat jasa-jasa para pahlawan kita yang gugur di medan laga,  tetapi lebih dalam dari hanya perenungan belaka. Bangsa ini harus investasi kesadaran baru yang mengarah kepada sebuah solusi bagaimana pemimpin bangsa ini mengajak rakyatnya mengisi kemerdekaan dalam berbagai bidang kehidupan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Tentu ada yang harus dikedepankan yakni pola pikir dan sikap kita, jangan sampai terlambat, bangsa dan negara ini dalam memberikan apresiasi itu. Meskipun tak jarang, kita sering terlambat dalam menilai kebaikan atau prestasi seseorang semasa hidupnya. Sering kita jumpai, apresiasi, ucapan simpati, atau pengakuan prestasi berduyun-duyun diberikan baru setelah orang tersebut telah ‘tak bersama kita lagi’. Padahal semasa hidupnya, kita seakan lupa akan jasa-jasanya. Jangan sampai kita sibuk mengungkapkan penghargaan, saat yang bersangkutan sudah tidak dapat merasakan apa yang kita berikan.
Tentu yang diapresiasi akan lebih bangga dan terhormat jika mereka bisa mengetahui dan merasakan bentuk apresiasi yang kita berikan. Walau kita juga sama-sama tahu, orang-orang yang tulus ikhlas seperti pahlawan dan para guru bangsa kita, tentu tak gila dengan puja, dan tak terbuai denagn apresiasi serta penilaian yang diberikan orang.
Namun alangkah lebih bijak jika kita menghargai atau memberi apresiasi saat yang punya prastasi masih bisa dengan nyata menerima dan merasakannya. Setidaknya, ketokohan dan segala keteladanan-nya dapat diturunkan dan dijadikan pembelajaran untuk kelak kita terapkan demi pembangunan kehidupan negara tercinta kita.
GERERASI MUDA BERBICARA TENTANG PAHLAWANNYA
“MENGHARGAI PAHLAWAN”
(Seperti yang ditawarkan Anne Adriani S. dalam blognya)
Catatan:
Berikut sebuah tulisan yang diunduh dari blog – Anne Adriani S, seorang-orang yang usianya masih remaja. Menuangkan gagasannya terkait dengan model dan cara menghargai pahlawan. Dengan gaya penuturannya yang lugas, dan gaya penulisan diusianya.
Anne menawarkan gagasan menghargai pahlawan sebagai berikut:


  1. Mengisi Kemerdekaan Indonesia dengan hal-hal yang positif.

Oke admin jelasin sedikit deh dibagian ini, jadi kita itu mesti mengisi kemerdekaan Indonesia itu dengan hal-hal yang bermanfaat bukan tawuran seperti yang sebagian dilakukan oleh mahasiswa dan pelajar itu lhoh, gak patut dicontoh banget! Malu-maluin! Para pahlawan kan perang demi membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan lah ini tawuran? Itu kan malah merusak persatuan dan kesatuan bangsa! Menganggu banget tuh dalam hal kerukunan!. Masih banyak hal positif yang bisa kita kerjakan untuk mengisi kemerdekaan NKRI.

  1. Kita anak muda sebagai generasi penerus bangsa harus belajar sebagai mestinya.

Bagian ini pasti deh kalian mengerti. Jadi hayooo yang sekolahnya masih malas-malasan dan main-main sekarang harus lebih seurius. Main-main sih boleh ya kalau sekedar untuk mencairkan suasana belajar biar gak jenuh tapi jangan berlebihan.

  1. Selalu menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dengan cara saling menghargai dan toleransi dalam setiap perbedaan.

Jadi dalam point ini kita harus mengingat kembali nih atau ceritanya mesti flashback ke semboyan negara kita yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Keren banget kan tuh sekeren persebaran budaya-budaya Indonesia yang berbeda namun tetap kece dengan ciri khasnya masing-masing.Kalian kan tahu negara kita majemuk dalam berbagai hal.


  1. Turut ikut serta dan berapartisipasi dalam memperingati Hari-hari besar Negara.

Itu lhoh biasanya kan kalau hari besar suka diadakan Upacara. Gak usah melayang kemana-mana dulu deh ambil contoh di lingkup lingkungan sekolah aja. Setiap Hari Senin pagi sebelum masuk kelas kan rutinitasnya melaksanakan Kegiatan Upacara Bendera tuh, nah kita dalam melaksanakan upacara itu mesti disiplin jangan mengobrol, bercanda dan melakukan hal lain yang dapat mengannggu berlangsungnya upacara. Menurut survei pengamatan dan pengalaman admin sendiri nih banyak para murid yang malas melaksanakan upacara bendera kebanyakan mereka suka pura-pura sakit terus pergi ke UKS. Hal itu jangan dicontoh ya!. Padahalkan kedisiplinan dan ketertiban saat upacara bisa jadi tolak ukut rasa patriotisme dan nasionalisme kita.



  1. Mengamalkan isi dari Pancasila dan UUD 1945.

Admin gak bisa jabarin dan menjalaskan satu satu tuh.Soalnya hal positif dalam kandungan Pancasila banyak banget. Dan itu berfungsi demi menciptakan keamanan dan ketertiban negara.
*Yang beragama Islam jangan lupa juga yah mengamalkan isi Al-Qur’an dan Hadist jugamueheehe :D

  1. Menghidari pergaulan bebas yang menjurus ke hal-hal negatif.

Waaah ini nih point yang sekarang mulai merajalela merasuki generasi muda jaman sekarang. Kita sebagai manusia harus bisa memimpin diri sendiri untuk mengarahkan diri kita ke arah jalan yang benar. Sekarang banyak terdapat geng geng motor yang anarkis yang beranggotakan para pelajar dan pemuda. Dan yang lebih gawat lagi sekarang banyak generasi bangsa yang terjerumus kecanduan mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. Waaaaahhh miris banget. Kalau generasi mudanya pada rusak siapa dong yang mau melanjutkan tangku kepemimpinan bangsa kita tercinta ini. Mending kayak mimin nih yang punya rencana bikin geng anak jenius Indonesia :p
Sebenarnya masih banyak hal-hal yang dari kecil hingga besar untuk menghargai jasa para pahlawan. Dari ke 6 point di atas kita bisa menghargai jasa pahlawan kita yang rela mengorbankan harta benda dan nyawa demi negara kita.Jadi apabila kita mulai melaksanakan point diatas jadi kesannya perjuangan para pahlawan itu tidak sia-sia, kalau di sunda mah teu cape gawe teu kapake gitu :p.Semoga kita semua menjadi generasti penerus bangsa yang baik yang dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia.Aamiin.

CARA MENGHORMATI JASA PAHLAWANNYA
Tulisan berikut diunduh dari internet tepatnya di alamat: http://aprilyakamis.wordpress.com
Karya Ajat M Fajar-okezone.
Berupa point-point bagaimana menghargai pahlawan dengan mengisi kemerdekaan. Kalimat atau penuturan tulisan sesuai dengan aslinya
Beberapa Cara Untuk Mengisi Kemerdekaan Indonesia Yang Baik :
1.       Belajar dengan baik bagi pelajar dan mahasiswa serta bekerja dengan baik bagi yang sudah bekerja lagi halal.
2.      Menjaga keamanan dan ketertiban nasional dari segala bentuk ancaman pihak dalam maupun luar.
3.      Menjalankan pancasila, peraturan perundang-undangan yang berlaku, aturan agama, serta budaya dalam masyarakat dengan baik dan benar.
4.      Saling menghormati dan menghargai sesama anggota masyarakat dengan menerapkan musyawarah mufakat, tepo seliro, gotong royong, toleransi, dan lain sebagainya.
5.      Mencintai produk dalam negeri dengan menggunakan dan mengembangkan hasil produksi dalam negeri daripada produk luar negeri.
6.      Tidak melakukan perbuatan sia-sia yang tidak memberi manfaat seperti begadang, hura-hura, madat, tawuran, dugem, clubbing, nongkrong di mall, melakukan tindak kenakalan, dan lain sebagainya.
7.      Rela berkorban dalam bela negara ketika kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia diinjak-injak bangsa asing.
8.     Memupuk semangat untuk maju dan menyetarakan diri dari bangsa-bangsa yang telah maju dengan cara-cara yang baik demi terciptanya tujuan nasional seperti kesejahteraan rakyat dan terciptanya kedamaian di dunia.
9.      Berperan aktif dalam pembangunan negara dan daerah lingkungan sekitar serta menjaga kondisi tersebut tetap dalam kondisi yang baik.
10.  Serius dalam melaksanakan peringatan kemerdekaan dan juga dalam mengikuti mengheningkan cipta untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Tak lupa berikan doa kepada para pahlawan agar Tuhan Yang Maha Esa menerima mereka di sisiNya.
SIMPULAN: PERSPEKTIF KE DEPAN   
       Dari paparan yang dibentang diatas dapat disimpulkan bahwa menghargai pahlawan tidak hanya mengenang dan sekedar merenung tapi lebih diarahkan bagaimana melaukan “maintenamce” merawat hasil hasil perjuangan. Bertidak cerdas dengan mengerahkan segenap kemampuan. Kemampuan yang dimaksud adalah:
  1. Kemampuan bangsa dalam melihat fakta yang ada (ability to fact). Bangsa ini harus sadar bahwa lahir karena perjuangan para pahlawannya. Berlaku semena-mena dan melupakah sejarah adalah bentuk pengkhianatan fakta. Sehingga dapat menumpulkan perjuangan ke masa depan.
  2. Kemampuan bangsa dalam bertindak dan berpikir harus menjunjung dasar-dasar pengetahuan (ability to basic knowledge). Tanpa didasari dengan ilmu pengetahuan kita, maka akan membawa cenderungan yang bersifat sintementil dalam menghargai pahlawannya.
  3. Kemampuan bangsa dalam mengevaluasi perjuangan para pahlawannya (ability to evaluation). Setiap pekerjaan mulai harus mampu dievaluasi, dicermati dari berbagai dimensi, mulai dari etika, hingg etistika. Semua perjuangan harus mampu dipertanggungjawabkan. Menerima koreksi, kritik atau argumen yang berbeda adalah keniscayaan. Dengan demikian bangsa ini tidak gegabah dalam bertindak.
  4.  Kemampuan  bangsa dalam menganalisa gerak perjuangan (ablity to analysis). Bangsa ini dituntut untuk melakukan analisa terhadap segela sesuatu yang diakan dihadapi, sehingga setiap langkah yang diambil akan memiliki nilai-nilai starategi bagi kemajuan dimasa mendatang.

RUJUKAN YANG DIGUNAKAN


Djoko Adi Walujo  [2005]. Pendidikan Kewarnegaraan untuk korikulum berbasis kompetensi : Penerbit Karya Mitra Surabaya
______________[2011]. Problema  anarkhis dikalangan generasi muda disampakaikan pada :Rapat koordinasi implmentasi kebijakan kepemudaan
______________[2012]. Dinamika Masyarakat dalam mempersepsikan PPKN dengan Pendidikan Wawasan Kebangsaan (Suatu Tinjuan Kompilatif). Disampaikan Lokakarya Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila, Rasa Cinta Tanah Air, Kesadaran Bela Negara dan Berkonstitusi    -    Badan Kesatuan Bangsa dan Politik  Provinsi Jawa Timur.
* djoko adi walujo: Adalah Alumni Universitas Negeri Surabaya (UNESA- Dahulu IKIP SURABAYA), doctor business administration di JOSÈRIZAL UNIVERSITY OF PHILIPPINA, Salah satu anggota dewan pendidikan propinsi jawa timur, mantan anggota dewan Pembina perpustakaan masjid propinsi jawa timur, mantan wakil ketua PGRI propinsi jawa timur, mantan Gugus Pemikir Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP-PGRI) pusat, sekretaris ISPI- Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia propinsi jawa timur, sekretaris badan penyelenggara Universitas Adi Buana Surabaya,. Memiliki International Certificated untuk pelatihan guru-guru zone Asia-Pacific (EI-Edication International), Certificate “Leadership in Higher Education” – University Technolofy of Sydney-Australia


SALAH PENERAPAN TEKNOLOGI MENGHASILKAN DEHUMANISASI



21st CENTURY EDUCATION – BEYONT THE FORNTIERS
PROGRAM TOURONKAI IPGKBA 2016


SALAH PENERAPAN TEKNOLOGI MENGHASILKAN DEHUMANISASI
Oleh:
Djoko Adi Walujo
Rektor Universitas PGRI Adi Buana  Surabaya


SUMMARY:
The fact that the twenty-first (21st) century claims itself as the era of technology is undeniable. However, there are a great number of misimplementation in the educational world which cause people to be alienated. This may be affected by techno mania. Education is expected to be a moderator in order that malpractice in teaching learning will be reduced. The solution which can be offered is a balance between competence and character. In addition, the relevant strategy can be blended learning which can synergize the on-line and off-line learning model.



PENGANTAR
      Kehadiran teknologi yang semakin canggih dalam kuantita dan kualita tak terelakkan kehadirarnnya. Semua direnacanakan untuk kemaslahatan, namun kenyataannya juga membawa dampak sangat buruk, akibat salah penerapan.
     Sesungguhnya kehadiran teknologi itu dapat memperkecil dampak, namun karena kesalahan penerapan justru sebaliknya akan membuat manusia teralienasi dari kodratnya.
Pendidikan harus menjadi pengurai kejadian ini, memperkecil terjadinya dehumanisasi sebagai akibat salah penerapan, kemudian pendidikan membentenginya dengan penanaman nilai-nilai yang manusiawi. Secara filosofis teknologi harus dikontrol dengan kaidah keilmuan secara utuh, mulai dari  sisi ontologis (wujud teknologi itu), epistemologis (bagaimana kehadirannya  secara metodologis), kemudian aksiologis manfaat dan nilai etikanya.     
TEKNOLOGI HADIR DENGAN PLUS MINUSNYA

Teknologi sebagai anak kandung ilmu pengetahuan, hadir secara netral,
tergantung siapa yang menggunakannya
(Albert Einstein)
     
        Kehadiran teknologi yang semula ditujukan untuk membantu meringankan beban manusia dalam mengarungi hidupnya, ternyata membawa dampak pada kehidupan psikologis, sosial, bahkan pada ranah yang memudarkan etika anusia hingga terjadi dehumanisasi. Hal ini telah dirasakan oleh Albert Nobel, ketika atoom yang ditujukan untuk kemaslahatan manusia kini berubah menjadi musuh manusia, karena penggunaan yang salah. Atoom ternyata dapat berubah menjadi alat pembasmi manusia. Tak terhitung jumlahnya, bahkan ribu hingga jutaan manusia dapat binasa dalam kurun waktu yang sangat cepat. Renungan Albert Nobel itu lahir setelah melihat kedahsyatnya teknologi, namun disisi yang berbeda mendatangkan malapetaka hebat. Inilah sebuah kata kunci (keyword) yang harus dipegang oleh semua orang, utamanya para ulama, pendidik, politisi bahkan para birokrat untuk melihat cermat dapak buruk teknologi.
       Terdapat tiga model orang memandang dan menggunakan teknologi, yakni, technophilia, technomania dan technophobia.
  • Technophilia, adalah pola sikap manusia dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi atas dasar pemikiran yang rasional dan cermat. Dalam memanfaatkan selalu mempertimbangkan dampak buruknya. Bahkan technophilia mengatarkan manusia untuk sadar bahwa teknologi selalu membawa dampak buruk apapun canggihnya teknologi. Dampak buruk teknologi kadang tidak sebanding dengan dampak kebaikkannya. Dikaitkan dengan pemanfaatan Teknologi Informasi, maka jika kita menggunakannya harus berhitung secara cermat bergai kemungkinan dampak negatif yang timbul.
  • Technomania, adalah pola sikap dalam menggunakan teknologi tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya. Secara membabi buta, bahkan mengabaikan ruang waktu, ruang etika, bahkan penggunaan teknologi hanya digunakan untuk pemuasan kebutuhan  sesaat. Berpikir yang pendek (shortcut), dan cenderung  individualistik nyaris hadir bersama dalam ranah technomania. Terkait dengan pemanfaatan Teknologi Informasi, maka harus ada upaya cerdas untuk mencermaati keadaan ini. Guru tidak hanya fasilitator materi, tetapi harus berperan sebagai filter, yang menyaring situs-situs prohibbited secara hati-hati dan tidak diketahui siswa.
  • Tecnophobia, adalah pola sikap yang harus dihindari dalam dunia pendidikan. Pola ini menggambarkan sebuah sikap yang menjauhi teknologi. Dalam technophobia tergambarkan sebuah pola sikap yang menentang hadirnya teknologi, selalu berprasangka negatif terhadap terknologi. Pertimbangan yang digunakan, biasannya adalah sebuah kepercayaan atau nilai-nilai yang menggangaap bahwa teknologi selalu menghacurkan kehidupan manusia. Dikaitkan dengan pemanfaatan Teknologi Informasi, maka jika hal ini terjadi akan menimbulkan terkungkungnya infomasi, bahkan akan cenderung tertutup terhadap perkembangan teknologi.

SARAN PARA PAKAR DI ERA 21

Di Asia para pendidik masih minim inovasi (Vries, 2008), perubahan kruikulum, penerapan model pembelajaran, metode, media pembelajaran yang kreatif masih terus menerus dikembangkan di kalangan pendidik, sehingga kompetensi mereka bisa meningkatkan dan mampu menjawab berbagai tantangan yang datang dari luar.
Disisi lain manajemen dalam dunia pendidikan, termasuk kontrol kualitas (quality control) masih terus menerus digali untuk menjawab tantangan pendidikan dalam rangka melahirkan pendidik yang profesional dan kompeten, melalui pendidikan yang berkualitas dan bermutu melahirkan generasi yang hebat. Sebagai contoh beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa masih banyak siswa baik di Indonesia maupun negara lainnya di Asia Tenggara hasil temuan TIMMS dan PISA kajian bidang IPA dan Matematika, dirasakan masih banyak ketertinggalan dari anak didik kita dalam menjawab soal-soal yang mengarah pada Higher Order Thinking Skill (HOTS), artinya bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan masih ada permasalahan di dalamnya.
Menurut Robert B Tucker (2001) diidentifikasi ada sepuluh tantangan di abad 21 yaitu 1.) kecepatan (speed), 2.) kenyamanan (convinience), 3.) gelombang generasi (age wave), 4.) pilihan (choice), 5.) ragam gaya hidup (life style) 6.) kompetisi harga (discounting), 7.) pertambahan nilai (value added) 8.) pelayanan pelanggan (customer service), 9.) teknologi sebagai andalan (techno age), 10.) jaminan mutu (quality control). Menurut Robert B Tucker kesepuluh tantangan itu menuntut inovasi dikembangkannya paradigma baru dalam pendidikan seperti: accelerated learning, learning revolution, megabrain, quantum learning, value clarification, learning than teaching, transformation of knowledge, quantum quotation (IQ, EQ, SQ, dll.), process approach, Forfolio evaluation, school/community based management, school based quality improvement, life skills, dan competency based curriculum (Mohammad Surya, 2011). Paparan Tucker menunjukkan bahwa ada yang harus berubah di dunia pendidikan, tentu perubahan tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada, walaupun Tucker sudah memaparkan soslusinya masih memerlukan kajian lagi. Sehingga ke depan dalam proses pendidikan harus ada  perubahan, seperti apa perubahan yang digagas dalam forum ini.

PRAKSIS UNIVERSITAS ADI BUANA
Terdapat isu dalam pendidikan yang sekaligus menjadi jawaban atas tantangan yang ada di dunia pendidikan yakni 2K. Sejatinya 2K  adalah jawaban mendasar atas tantangan ke depan, yakni (1) Kompetensi (2) Karakter (sikap, nilai) (Mutohir, Muhyi, Albertus, 2011).  Karakter kita kenal sebagai nilai, atau sikap, penguatan karakter dapat dilakukan dengan berbagai cara baik menggabungkan nilai karakter global dan nilai local (local wisdom).
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya terus berupaya membangun kompetensi para mahasiswa melalui penguatan tri dharma perguruan tinggi sedangkan penguatan karakter di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya memiliki kekhususan yang dikenal dengan Semangat PAGI (Spirit in Character) P : Peduli (Caring), A : amanah (trustworthiness), G: GIgih (Perseverance) dan I : Inovatif  (Innovatif) (Sutijono, Djoko Adi Walujo, Widodo, Dwi Retnani, M. Muhyi, 2015).  Semangat PAGI mampu menggabungkan nilai dari karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral berkaitan dengan moralitas seseorang seperti nilai peduli dan amanah, sedangkan karakter kinerja butuh inovasi dan kegigihan dalam meraih sukses, seorang innovator (inovasi) yang gigih sehingga meraih sukses (karakter kinerja) karena dibalut oleh amanah  dan peduli (karakter moral). 
Dalam konteks kegiatan di dunia Pendidikan, Berkowits, Bier (2007) Character Pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik ketika diimplementasikan dengan  penuh ketaatan (fidelity), menyeluruh (broadly), dan memberikan dampak yang sangat luar biasa. Berkowits dan Bier menambahkan bahwa Pendidikan Karakter (penanaman nilai) berjalan dengan efffektif yakni dengan pengembangan profesional, strategi pembelajaran, fokus pada pendidikan nilai, pelatihan yang mengarah pada sosial dan kompetensi emosional, keteladanan, strategi manajemen prilaku di kelas, pengabdian pada masyarakat. Pendidikan terus diupayakan untuk mengembangkan kompetensi dan karatker (nilai) melalui beberapa faktor penting yang disampaikan oleh Berkowits dan Bier.
       Sain dan teknologi yang tinggi yang dikuasi seseorang ke depan dapat dijawab oleh pendidikan dengan melahirkan lulusan yang kompeten, tetap harus didukung dengan sikap atau nilai atau karakter yang baik, karena teknologi juga alat maka terkembali kepada pengguna alat tersebut sudah mampu bersikap baik dalam arti menggunakan teknologi untuk kemajuan peradapan umat manusia, kebaikan untuk umat manusia.
       Untuk mengaplikasikan  2 K sehingga berdampak pada perubahan yang signifikan tentu diperlukan suatu cara dalam pembelajarannya secara tepat. Maka salah satu cara tersebut adalah Blended Learning. Menggabungkan tidak hanya satu model belajar di kelas dalam menjawab tantangan-tantangan yang ada. Blended learning atau hybrid learning untuk mengajak anak didik dalam proses belajar di kelas maupun di luar kelas, yang memadukan teknologi masa depan dan saat ini, sehingga penggunaan teknologi yang tepat diharapkan mampu mendorong penguasaan keterampilan dan pengetahuan menjadi lebih baik lagi dengan dukungan teknologi yang ada pada saat ini.
       Peningkatan kompetensi guru terkait dengan penguasaan Blended Learning menjadi sebuah keharusan, mulai dari tataran konsep sampai pada tataran implementasi yang ada di dalam tingkat satuan pendidikan. Berbagai pelatihan yang mengedepankan hgybird learning menjadi salah satu pendorong untuk menjadikan para pendidik memiliki kompetensi yang lebih baik dari sebelumnya, teknologi sudah menjadi bagian dari belajar, teknologi tidak terpisahkan dari belajar sehingga terjadi akselerasi dalam proses pembelajaran.

HARAPAN
Seorang pendidik yang hebat memiliki kompetensi yang berkualitas tinggi namun ia dibalut dengan karakter atau nilai atau sikap yang baik. Agar hal tersebut dapat terwujud dalam dalam dunia pendidikan sampai pada tingkat satuan pendidikan diperlukan suatu pendekatan atau model. Salah satu model yang dapat menjawab tantangan ke depan adalah Blended Learning, yang mengedepankan multi approach. Sehingga penguatan ke depan adalah pembangunan SDM yang Kompeten dan SDM yang berkarakter bisa terwujud baik untuk pendidik maupun anak didik.
            DAFTAR PUSTAKA
Berkowits, Bier, 2007, What Works in Character Education, Journal of Research in Character Education, 5(1), halaman 29-48.
Mutohir, Muhyi Albertus, 2011, Berkarakter dengan Berolahraga dan Berolahraga dengan Berkarakter, Java Pustaka, Surabaya.
Sutijono, Djoko Adi Walujo, Widodo, Dwi Retnani, M. Muhyi, 2015, Best Praksis Pendidikan Karakter Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Melalui Semangat PAGI, Andi Offset, Jogjakarta.
Vries, de L. 2008. Overview of Recent Innovative Practices in Physical Education and Sports in Asia, Editor Lay Cheng Tan, Innovative Practices In Physical Education and Sports In Asia, UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education, Thailand.
Mohammad Surya 2011, Inovasi Bimbingan Dan Konseling:Menjawab Tangangan Global
http://boharudin.blogspot.co.id/2011/05/inovasi-bimbingan-dan-konselingmenjawab.html

IDEOLOGI KEBANGSAAN DALAM SINERGITAS KEKUATAN NKRI




Seminar sehari
Karakter, Kader Bangsa
Ideologi Kebangsaan dalam Sinergitas Kekuatan
Djoko aw*)

PENGANTAR
Fenomena sosial yang berkembang akhir-akhir ini memerlukan tingkat kewaspadaan tinggi dari seluruh masyarakat Indonesia. Kondisi ini mendorong setiap komponen bangsa untuk kembali merenungkan secara mendalam tentang hakikat dan dasar‑dasar fundamental kehidupan bangsa ini. Kita kembali mempertanyakan tentang  pola pikir, sikap, dan nilai‑nilai serta pandangan hidup yang kita anut. Bangsa ini membutuhkan pembentukan karakter dan watak, yaitu :
Pertama, karakter bangsa yang bermoral (religius) Bangsa ini harus sarat dengan nilai‑nilai moral dan etika keagamaan sebagai sebuah pandangan dan praktek.
Kedua, karakter bangsa yang beradab. Baradab dalam arti luas menjadi suatu bangsa yang memiliki karakter berbudaya dan berperikemanusiaan.
Ketiga, karakter bangsa yang bersatu. Didalamnya termasuk menegakkan toleransi. Tidak mungkin kita bersatu tanpa adanya toleransi, harmonis dan bersaudara.
Keempat, karakter bangsa yang berdaya Dalam arti yang luas, berdaya berarti menjadi bangsa yang berpengetahuan (knowledgeble), terampil (skillful), berdaya saing (competitive) secara mental, pemikiran maupun teknis. Daya bukan sekedar dalam arti materi dan mekanik, melainkan dalam makna secara mental, hati dan pikiran kita; yakni state of mind.
Kelima, karakter bangsa yang berpartisipasi. Partisipasi amat diperlukan untuk menghapus sikap masa bodoh, mau enaknya saja, dan tidak pernah peduli dengan nasib bangsa. Karakter partisipasi ini ditandai dengan penuh peduli, rasa dan sikap tangggungjawab yang tinggi, serta komitmen yang tumbuh menjadi karakter dan watak bangsa kita.
Kemudian modal apa yang harus menjawab persoalan ini, adalah pengukuhan terhadap cita-cita bersama, atau pola pikir yang searah dalam merengkuh cita-cita, cita cita bersama inilah yang kita sebut idea bersama atau Ideologi.  Karena sesungguhnya Idelogi akan mengikat semua keberagaman menjadi satu pikiran.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multivarian, dari suku, agama, ras, bahasa, yang ideologilah yang mampu mengikat. Tanpa ideologi bersama bangsa ini akan menjadi kelompok kelompok kecil, dan terpecah ke semua arah. Bertolak dari pemikiran inilah maka Ideologi merupakan pokok pikir yang harus dikedepankan.
FUNGSI IDEOLOGI :
Destutt de Tracy adalah seorang filsuf dari Perancis kita pada tahun 1796 mengintrodusir kata Ideologi.  Sejatinya kata idéologie, merupakan gabungan 2 kata yaitu, idéo yang mengacu kepada gagasan dan logie yang mengacu kepada logos, kata dalam bahasa Yunani untuk menjelaskan logika dan rasio. Kemudia  Destutt de Tracy menggunakan kata ini dalam kaidah etimologi sebagai “ilmu yang meliputi kajian tentang asal usul dan hakikat ide atau gagas.
Jika dalam persoalan Idelogi dikaitkan dengan gagasan lalu disentuhkan dengan kebangsaan maka idelogi itu punya fungsi bermacam-macam, adapun fungsi yang dimaksud adalah :
  1. Sebagai Orientasi Dasar: Orientasi dasar yakni, membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukan tujuan dalam kehidupan masyarakat. Ideologi dalam hal ini berfungsi untuk menentukan suatu arah dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu negara wajib mempunyai suatu ideologi agar dapat melangsungkan kehidupan bernegara. Jika suatu negara tidak memiliki suatu ideologi yang dianut, dapat diperediksikan negara tersebut akan mudah terpengaruh oleh ideologi-ideologi yang menyerang bangsa mereka sehingga bangsa tersebut akan dekat dengan kehancuran.(http://mengakujenius.com/6-fungsi-ideologi-bagi-suatu-negara-lengkap-penjelasannya/)
Dari pendapat diatas maka Idelogi berfungsi sebagai pengetahuan sekaligus bintang pengarah (star light) yang memberikan arahan mendasar kepada bangsa ini dalam berpikir, bertindak dan berperilaku. Sebagai orientasi dasar, maka setiap warga negara harus memiliki kesadaran bersama, kepentingan bersama dengan tidak menanggalkan kepentingan pribadi yang hakiki. Dalam membicarakan kebersamaan itu yang sangat menonjol adalah munculnya  kesadaran untuk rela memangkas ambisi-ambisi yang sangat individu, serta rela memudarkan sifat yang saling menegasi dan meniadakan. Kasadaran ini mengangkat kerelaan individu untuk menguatkan kebersamaan. Inilah fungsi ideologi sebagai pembuka wawasan seseorang. Tanpa adanya kesadaran ini, maka tujuan bersama tidak akan dicapai, melalui cara-cara apapun. Kesadaran berbangsa itu adalah pangkal pikir untuk menyelenggarakan negara. Kemudian jika dikaitkan kondisi bangsa yang sarwa ragam itu, maka kesadaran harus dimulai dari kebersamaan. Inilah yang akan melahirkan adigium kebangsaan, “karena bersama aku ada”     
2.     Struktur kognitif : Struktur kognitif yakni segala pengetahuan dan pandangan yang merupakan landasan untuk memahami segala kejadian yang terjadi disekitarnya. Struktur kognitif ini menjadi acuan dalam memahami dan menyikapi segala persoalan yang menghadapi sekelompok masyarakat atau bangsa ketika menghadapi masalah tertentu. Pemahaman ideologi oleh suatu bangsa dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang ada dalam negaranya, baik kebijakan politik, sosial, ekonomi, maupun kebudayaan (pemikiran ini diambil dari web-blog, http://mengakujenius.com/6-fungsi-ideologi-bagi-suatu-negara-lengkap-penjelasannya/)
Nalar berbangsa adalah rasio yang mendasari bangsa dalam melaksanakan kehendaknya, semuanya ditimbang berdasarkan struktur kognisi bangsa yang kita sebut idea bangsa berupa ideologi. Setiap keputusan selalu diambil berdasarkan struktur nalar, sehingga dijamin dalam ranah yang tepat dan tidak sampai keluar dari kaidah yang bermoral,  apalagi hingga out of control. Struktur nalar ini akan menjaga keseimbangan agar selama menjalankan roda kenegaraan tidak terombang-ambing keadaan. Kemajuan teknologi lalu sebaran informasi dengan berbagai spektrumnya akan menjadi faktor penggoda (lihat dan baca wacana Disrution Era).  Tanpa ideologi maka negara akan berada dipusaran argumentasi. Semua akan mempertahankan ide-idenya sendiri dengan daya solipisme yang kuat.
Struktur kognitif akan membawa setiap pemikiran dalam jengkal pemikiran kehidupan bangsa, untuk meneropong ralita empiri selanjutnya dinalarkan. Indonesia secara empiri memang berdiam berbagai bangasa yang memiliki pemikiran dan keyakinan yang berbeda beda, inilah yang seharusnya dibingkai menjadi nalar berbangsa.

3.     Norma yang menjadi Pedoman : Negara-negara yang berideologi sangat berpegag teguh terhadap norma-norma yang menjadi pedoman dalm berbangsa dan bernegara. Segala aktivitas dalam menjadi warga masyarakat. Jadi dalam bertindak selalu dalam batsan norma-norma yang terkandung dalam ideologi tersebut. Dengan berpedoman dengan norma-norma, seseorang dapat terarah dalam bertingkah laku. Sekali lagi tulisan ini masih mencandra dari artikel web-blog (http://mengakujenius.com/6-fungsi-ideologi-bagi-suatu-negara-lengkap-penjelasannya/)
Membicarakan sebuah perjalanan bangsa tentu tidak pernah lepas dari tata aturan (rule of counduct). Itulah tatakrama dalam bernegara, Norma akan mengarahkan kita pada persoalan yang boleh dilakukan dan yang dilarang untuk dijalankan. Jika orientasi dasar telah memberikan kita sebuah kesadaran yang rela menanggalkan “ke-akuan”  maka struktur kognitif akan menjustifikasi rasional bangsa untuk taat kepada komitment. Selanjutnya komitmen inilah yang kemudian jika dilakukan secara terus menerus akan menjadi internalisasi atau penghayatan. Itulah kemudian menjadi norma-norma kita dalam berbangsa dan bernegara. Jika ideologi difungsikan sebagai norma, maka segala persoalan akan mampu untuk diselesaikan dengan cara-cara yang amat sederhana. Tanpa harus berdebat dan berpolemik dengan penuh intrik. Norma membawa setiap warga bangsa memilki kesadara sebelum melakukan tindakan, norma juga mengukur etika ketika seorang-orang tengah menjalankan proses berbangsa, dan norma akan memberikan evaluasi atau menjadi wasit adil, jika bangsa telah melakukan proses menegara.
 

Katika pemikiran diatas, maka semuanya akan menjadi sumber pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung didalamnya dalam mensinergikan diri membangun kebersamaan dalam Negara Kestuan Republik Indonesia.

SINERGI IDEOLOGI SEBAGAI KEKUATAN NKRI

     Jika Orientasi dasar bangsa sudah tercipta, lalu struktur kognitifmya telah menjadikan bagian dalam bertindak, dan norma-norma bernegara tertata dan ditaati, maka terjasilah sinergi untuk membangun NKRI.

Tercapai sinergi ini jika bangsa ini oleh ideologinya disarankan untuk tidak menjalankan :

  1. The winner takes all berarti pemenang akan menguasai segalanya. Siapa yang berkuasa dalam sebuah negara, akan menyikat habis siapapun kecuali bagi kepentingan kelompok, kroni, golongan ataupun keluarganya. Tidak pandang bulu, lawan politiknya tidak diberi kesempatan untuk hidup. Siapapun yang berbeda, apalagi yang dipandang berlawanan dianggap sebagai musuh karena itu tidak pernah akan tumbuh kebutuhan untuk saling berbagi. Ini berarti idologi belum berperan sebagai “orientasi dasar”
  2. Absolutness, suatu pikiran dan sikap yang serba mutlak. sagalanya dinilai hitam atau putih. Sikap ini akan menampilkan intoleransi, antidialog dan antikompromi dan sekaligus ketidakramahan pada orang lain. Hanya dirinya ataupun kelompoknya yang paling benar; sedangkan, lainnya salah. Sikap ini harus kita buang jauh‑jauh. Absolutisme akan melahirkan pemikiran free fight liberalism yang juga amat bertentangan dengan keadilan dan nilai kernanusiaan. Dalam prinsip tersebut kebebasan adalah demi kebebasan, kebebasan tanpa batas. Yang ini bearti ideologi belum berperan sebagi “struktur kognisi”
3.     TThe ends justify the means berarti prinsip yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan sebagai pengaruh dari sikap memutlakan segala sesuatu. Didalamnya juga terkandung semangat Machiavelli. Kita sering terjebak dalam prinsip To the greates good for to the greates people, sepanjang untuk kebaikan bagi yang terbesar bangsa ini. Maka segala sesuatu bersikap baik, benar, dan halal. Tentu saja pemikiran semacam ini sebaiknya dihindari, karena tidak disentuhkan norma.  Jika hal ini terjadi, maka dieologi belum berfungsi menjaga norma
Berbangsa dan bernegara adalah sebuah tindakan bersama, ketika bersama maka ada yang harus direlakan. Untuk menuju NKRI yang kuat sudah melalui proses learning yang lama, hanya dengan kebersamaan dicapai, karena sesungguhnya bangsa ini sarwa beda. 

 

 

*)* djoko adi walujo: Adalah Alumni Universitas Negeri Surabaya (UNESA- Dahulu IKIP SURABAYA), doctor business administration di JOSÈRIZAL UNIVERSITY OF PHILIPPINA, Salah satu anggota dewan pendidikan propinsi jawa timur, mantan anggota dewan Pembina perpustakaan masjid propinsi jawa timur, mantan wakil ketua PGRI propinsi jawa timur, mantan Gugus Pemikir Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP-PGRI) pusat, sekretaris ISPI- Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia propinsi jawa timur, sekretaris badan penyelenggara Universitas Adi Buana Surabaya,. Memiliki International Certificated untuk pelatihan guru-guru zone Asia-Pacific (EI-Edication International), Certificate “Leadership in Higher Education” – University Technolofy of Sydney-Australia