Google

Friday, May 8, 2009

DAMAR KURUNG DARI MASA KEMASA-Dr. IKA ISMOERDIJAHWATI KOESHANDARI

DOSEN MENULIS:
Kota Gresik yang terkenal agamis, bahkan orang menyebutnya kota yang memiliki cita rasa Islamik. Makam Sunan Giri salah satu dari wali ada di Kota Gresik, yang populis disebut kota 'pudak'. Ternyata di kota ini mengalir pula sebuah karya seni yang unik, sebuah karya yang ditekuni oleh seorang perempuan bernama Masmundari, orang mudah mengenalnya, ketika orang menyebutkan kata ' Mbah Mundari'. Karya seni itu adalah paduan" damar kurung"[lampu yang terkurung, lampu dalam kurungan], seperti lampion, yang selanjutnya dihiasi dengan lukisan tangan.
Keunikannya membuat ketertarikan seorang-orang perempuan yang juga dosen universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Dia adalah Ika Ismoerdijahwati-Dosen Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Apa yang dilihatnya, akhirnya membawa keinginan yang lebih dalam untuk memahami jatidiri Mbah Mundari. Entah filosofi apa yang diperolehnya ketika itu. Akhirnya beberapa singungannya dengan pengkreasi Damar Kurung ini berlanjut pada penelitian yang lebih tajam dengan intensitas yang kerap, dan buahnya adalah gelas magister di bidang seni dari Fakultas Seni Rupa & Desain Institut Teknologi Bandung.
Kendati telah mendapat buah dari Damar Kurung itu, ternyata Ika masih meminati, bahkan berupaya maksimal uantuk menjadikan "Damar Kurung" sebagai Special Icon kesenian kota Gresik. Rupanya setelah bergulat dengan dunia seni yang juga disemangati oleh karya monomentalnya ketika S2 di Bandung, Ika mengkristalkan tekadnya untuk menyelesaikan program doktornya. Kini telah doktor, dan masih kuat niatannya untuk melestarikan 'Damar Kurung'. Selanjutnya dilahirkanlah buku dengan tajuk Damar Kurung Dari Masa Ke Masa.

Data buku
JUDUL: Damar Kurung Dari Masa Ke Masa
PENULIS: Ika Ismoerdijahwati Koeshandari
PENERBIT: Dewan Kesenian Jawa Timur. Taman Mayangkara 06 Surabaya 60241. Telepon 031-5610432. E-mail: dk_jatim@yahoo.com. Website: http://www.dewankesenianjatim.com/ dan http://www.brangwetan.com/
ISBN: 978-979-18793-4-7
CETAKAN: Pertama Januari 2009
TEBAL: 200 halaman . 15 x 20 cm
[Catatan Ika Ismurdijahwati. K. telah menerbitkan beberapa Buku dan ber ISBN, dan akan di unggah pada kesempatan lain]

SADAPAN RINGKAS:
Gambar-gambar Masmundari bukan hanya visual, tetapi juga auditif, bahkan indera perasa digambarkan (arah tiupan angin). Gambar-gambar Masmundari boleh disebut holistik. Dia selalu menggambar sosok manusia secara penuh, tidak parsial seperti lukisan modern. Manusia dan alam, manusia dan benda-benda buatannya, semuanya digambar utuh seperti yang dipersepsinya. Dia berterus terang dengan kemampuan teknis dan kemampuan kognitifnya, lengkap dengan kekurangan dan kejujurannya. Garis-garisnya spontan, bentuk-bentuknya unik-naif. Tema-temanya tentang kegembiraan hidup. Warna-warnanya cerah, terang, ceria, aneka warna. Mirip gambar anak-anak yang belum kenal tipu daya.Meskipun demikian, gambar-gambarnya adalah purba. Kosmologi purba masih kuat mendasari cara gambarnya. Arah kiri dan arah kanan mempunyai makna sesuai dengan makna kosmologi tua Indonesia. Begitu pula arah atas dan arah bawah. Kenyataan seperti ini masih terdapat pula dalam pertunjukkan wayang kulit, wayang wong dan wayang beber. Lebih tua lagi terdapat dalam arah gambar-gambar relief candi. Petunjuk utama pemahaman gambar-gambar damarkurung Masmundari adalah tuturan pelukisnya sendiri. Saya mendengarkan rekaman videonya ketika menceritakan arti gambar-gambarnya. Dengan petunjuk-petunjuk dari pelukisnya sendiri ini, kita tinggal menafsirkan struktur berpikir mana yang dia pakai. Dan ternyata banyak mengandung cara berpikir tua, yakni Tantrayana.Tidak mengherankan apabila sisa-sisa terakhir cara gambar ini terdapat di Jawa Timur, Gresik. Masmundari tentulah salah satu keturunan dari nenek moyang warga Majapahit. Kerajaannya boleh lenyap, tetapi manusia-manusia yang membawa nilai-nilai Majapahit masih terus hidup melalui berbagai generasi. Bahwa cara gambar Masmundari bersifat kehindu-budhaan, dapat dilihat dari teater tutur masyarakat Sunda, pantun, yakni Panggung Karaton, yang masih menyebutkan istilah “damarkurung”. Pada waktu menceritakan suasana kraton Dayeuh Manggung, pantun ini menyebut adanya “damarlilin di tiap bilik, damarkalang di tiap tiang, dan damarkurung di tiap ujung ruangan”. Kalau ada yang menduga bahwa damarkurung tak lain adalah lampion yang ditiru dari budaya Cina, boleh jadi mendekati kebenaran. Sampai sekarang pun, dalam film-film silat Hongkong, kita temukan lampion-lampion digantung di teras-teras rumah atau toko-toko Cina. Dengan demikian, damarkurung aslinya, di Indonesia. Juga dibungkus oleh kertas. Ini memungkinkan adanya upaya mengisi bidang-bidang kosong lampion itu dengan gambar-gambar. Dan karena cara menggambar pada zaman itu berorientasi pada kepercayaan agama Hindu-Budha-Tantra, maka cara gambar semacam itulah yang dikerjakan untuk relief, buku-buku lontar, wayang beber, wayang dan damarkurung ini.



JATI DIRI PENULIS:

Penulis dilahirkan di Kotamadya Malang, Jawa Timur dan lulus SMA Santa Maria Surabaya lalu melanjutkan pendidikan di IKIP Surabaya (sekarang) Universitas Negri Surabaya. Memperoleh gelar sarjana pendidikan seni rupa dari Institut Keguruan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni jurusan Seni-Rupa. Kemudian sebagai staf pengajar seni rupa di IKIP PGRI Surabaya (sekarang) Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Bekerjasama mendirikan Rumah Produksi Fotografi dan Perfileman “studio G” Surabaya. Mengikuti berbagai event pameran seni rupa bersama dan tunggal. Mengikuti juga beberapa pelatihan tentang Penulisan Skenario Televisi Pendidikan, yang diselenggarakan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) di Surabaya dan mengikuti Kepelatihan Penggunaan teknologi Komputer untuk bidang Grafis dan Animasi oleh Hewlett Packard Internasional di Sanggrila Hotel Surabaya. Mengikuti workshop Penelitian Tradisi Lisan (ATL) Internasional, di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Mengikuti pelatihan Metode Penelitian Kesenian oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Institut Kesenian Jakarta, di Wisma Karya Jasa, Pusdiklat Depnaker Ciloto Puncak – Jawa Barat. Tahun 1990 sampai dengan 1993 sebagai anggota presidium Dewan Kesenian Surabaya. Tahun 1999 mengikuti pendidikan Program Magister Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Tahun 2001, memperoleh gelar Magister Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Tahun 1994 sampai dengan 1998 sebagai anggota presidium Dewan Kesenian Jawa Timur. Tahun 1999 sampai sekarang anggota direktori MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia) TIM Jakarta. Tahun 2007, memperoleh gelar Doktor Seni Rupa dari Institut Teknologi Bandung, sekaligus menangani buku, transkrip dan naskah kuno koleksi perpustakaan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.Email : ika_stitb@yahoo.com

No comments: