Google

Friday, November 3, 2017

IDEOLOGI KEBANGSAAN DALAM SINERGITAS KEKUATAN NKRI




Seminar sehari
Karakter, Kader Bangsa
Ideologi Kebangsaan dalam Sinergitas Kekuatan
Djoko aw*)

PENGANTAR
Fenomena sosial yang berkembang akhir-akhir ini memerlukan tingkat kewaspadaan tinggi dari seluruh masyarakat Indonesia. Kondisi ini mendorong setiap komponen bangsa untuk kembali merenungkan secara mendalam tentang hakikat dan dasar‑dasar fundamental kehidupan bangsa ini. Kita kembali mempertanyakan tentang  pola pikir, sikap, dan nilai‑nilai serta pandangan hidup yang kita anut. Bangsa ini membutuhkan pembentukan karakter dan watak, yaitu :
Pertama, karakter bangsa yang bermoral (religius) Bangsa ini harus sarat dengan nilai‑nilai moral dan etika keagamaan sebagai sebuah pandangan dan praktek.
Kedua, karakter bangsa yang beradab. Baradab dalam arti luas menjadi suatu bangsa yang memiliki karakter berbudaya dan berperikemanusiaan.
Ketiga, karakter bangsa yang bersatu. Didalamnya termasuk menegakkan toleransi. Tidak mungkin kita bersatu tanpa adanya toleransi, harmonis dan bersaudara.
Keempat, karakter bangsa yang berdaya Dalam arti yang luas, berdaya berarti menjadi bangsa yang berpengetahuan (knowledgeble), terampil (skillful), berdaya saing (competitive) secara mental, pemikiran maupun teknis. Daya bukan sekedar dalam arti materi dan mekanik, melainkan dalam makna secara mental, hati dan pikiran kita; yakni state of mind.
Kelima, karakter bangsa yang berpartisipasi. Partisipasi amat diperlukan untuk menghapus sikap masa bodoh, mau enaknya saja, dan tidak pernah peduli dengan nasib bangsa. Karakter partisipasi ini ditandai dengan penuh peduli, rasa dan sikap tangggungjawab yang tinggi, serta komitmen yang tumbuh menjadi karakter dan watak bangsa kita.
Kemudian modal apa yang harus menjawab persoalan ini, adalah pengukuhan terhadap cita-cita bersama, atau pola pikir yang searah dalam merengkuh cita-cita, cita cita bersama inilah yang kita sebut idea bersama atau Ideologi.  Karena sesungguhnya Idelogi akan mengikat semua keberagaman menjadi satu pikiran.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multivarian, dari suku, agama, ras, bahasa, yang ideologilah yang mampu mengikat. Tanpa ideologi bersama bangsa ini akan menjadi kelompok kelompok kecil, dan terpecah ke semua arah. Bertolak dari pemikiran inilah maka Ideologi merupakan pokok pikir yang harus dikedepankan.
FUNGSI IDEOLOGI :
Destutt de Tracy adalah seorang filsuf dari Perancis kita pada tahun 1796 mengintrodusir kata Ideologi.  Sejatinya kata idéologie, merupakan gabungan 2 kata yaitu, idéo yang mengacu kepada gagasan dan logie yang mengacu kepada logos, kata dalam bahasa Yunani untuk menjelaskan logika dan rasio. Kemudia  Destutt de Tracy menggunakan kata ini dalam kaidah etimologi sebagai “ilmu yang meliputi kajian tentang asal usul dan hakikat ide atau gagas.
Jika dalam persoalan Idelogi dikaitkan dengan gagasan lalu disentuhkan dengan kebangsaan maka idelogi itu punya fungsi bermacam-macam, adapun fungsi yang dimaksud adalah :
  1. Sebagai Orientasi Dasar: Orientasi dasar yakni, membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukan tujuan dalam kehidupan masyarakat. Ideologi dalam hal ini berfungsi untuk menentukan suatu arah dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Suatu negara wajib mempunyai suatu ideologi agar dapat melangsungkan kehidupan bernegara. Jika suatu negara tidak memiliki suatu ideologi yang dianut, dapat diperediksikan negara tersebut akan mudah terpengaruh oleh ideologi-ideologi yang menyerang bangsa mereka sehingga bangsa tersebut akan dekat dengan kehancuran.(http://mengakujenius.com/6-fungsi-ideologi-bagi-suatu-negara-lengkap-penjelasannya/)
Dari pendapat diatas maka Idelogi berfungsi sebagai pengetahuan sekaligus bintang pengarah (star light) yang memberikan arahan mendasar kepada bangsa ini dalam berpikir, bertindak dan berperilaku. Sebagai orientasi dasar, maka setiap warga negara harus memiliki kesadaran bersama, kepentingan bersama dengan tidak menanggalkan kepentingan pribadi yang hakiki. Dalam membicarakan kebersamaan itu yang sangat menonjol adalah munculnya  kesadaran untuk rela memangkas ambisi-ambisi yang sangat individu, serta rela memudarkan sifat yang saling menegasi dan meniadakan. Kasadaran ini mengangkat kerelaan individu untuk menguatkan kebersamaan. Inilah fungsi ideologi sebagai pembuka wawasan seseorang. Tanpa adanya kesadaran ini, maka tujuan bersama tidak akan dicapai, melalui cara-cara apapun. Kesadaran berbangsa itu adalah pangkal pikir untuk menyelenggarakan negara. Kemudian jika dikaitkan kondisi bangsa yang sarwa ragam itu, maka kesadaran harus dimulai dari kebersamaan. Inilah yang akan melahirkan adigium kebangsaan, “karena bersama aku ada”     
2.     Struktur kognitif : Struktur kognitif yakni segala pengetahuan dan pandangan yang merupakan landasan untuk memahami segala kejadian yang terjadi disekitarnya. Struktur kognitif ini menjadi acuan dalam memahami dan menyikapi segala persoalan yang menghadapi sekelompok masyarakat atau bangsa ketika menghadapi masalah tertentu. Pemahaman ideologi oleh suatu bangsa dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang ada dalam negaranya, baik kebijakan politik, sosial, ekonomi, maupun kebudayaan (pemikiran ini diambil dari web-blog, http://mengakujenius.com/6-fungsi-ideologi-bagi-suatu-negara-lengkap-penjelasannya/)
Nalar berbangsa adalah rasio yang mendasari bangsa dalam melaksanakan kehendaknya, semuanya ditimbang berdasarkan struktur kognisi bangsa yang kita sebut idea bangsa berupa ideologi. Setiap keputusan selalu diambil berdasarkan struktur nalar, sehingga dijamin dalam ranah yang tepat dan tidak sampai keluar dari kaidah yang bermoral,  apalagi hingga out of control. Struktur nalar ini akan menjaga keseimbangan agar selama menjalankan roda kenegaraan tidak terombang-ambing keadaan. Kemajuan teknologi lalu sebaran informasi dengan berbagai spektrumnya akan menjadi faktor penggoda (lihat dan baca wacana Disrution Era).  Tanpa ideologi maka negara akan berada dipusaran argumentasi. Semua akan mempertahankan ide-idenya sendiri dengan daya solipisme yang kuat.
Struktur kognitif akan membawa setiap pemikiran dalam jengkal pemikiran kehidupan bangsa, untuk meneropong ralita empiri selanjutnya dinalarkan. Indonesia secara empiri memang berdiam berbagai bangasa yang memiliki pemikiran dan keyakinan yang berbeda beda, inilah yang seharusnya dibingkai menjadi nalar berbangsa.

3.     Norma yang menjadi Pedoman : Negara-negara yang berideologi sangat berpegag teguh terhadap norma-norma yang menjadi pedoman dalm berbangsa dan bernegara. Segala aktivitas dalam menjadi warga masyarakat. Jadi dalam bertindak selalu dalam batsan norma-norma yang terkandung dalam ideologi tersebut. Dengan berpedoman dengan norma-norma, seseorang dapat terarah dalam bertingkah laku. Sekali lagi tulisan ini masih mencandra dari artikel web-blog (http://mengakujenius.com/6-fungsi-ideologi-bagi-suatu-negara-lengkap-penjelasannya/)
Membicarakan sebuah perjalanan bangsa tentu tidak pernah lepas dari tata aturan (rule of counduct). Itulah tatakrama dalam bernegara, Norma akan mengarahkan kita pada persoalan yang boleh dilakukan dan yang dilarang untuk dijalankan. Jika orientasi dasar telah memberikan kita sebuah kesadaran yang rela menanggalkan “ke-akuan”  maka struktur kognitif akan menjustifikasi rasional bangsa untuk taat kepada komitment. Selanjutnya komitmen inilah yang kemudian jika dilakukan secara terus menerus akan menjadi internalisasi atau penghayatan. Itulah kemudian menjadi norma-norma kita dalam berbangsa dan bernegara. Jika ideologi difungsikan sebagai norma, maka segala persoalan akan mampu untuk diselesaikan dengan cara-cara yang amat sederhana. Tanpa harus berdebat dan berpolemik dengan penuh intrik. Norma membawa setiap warga bangsa memilki kesadara sebelum melakukan tindakan, norma juga mengukur etika ketika seorang-orang tengah menjalankan proses berbangsa, dan norma akan memberikan evaluasi atau menjadi wasit adil, jika bangsa telah melakukan proses menegara.
 

Katika pemikiran diatas, maka semuanya akan menjadi sumber pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung didalamnya dalam mensinergikan diri membangun kebersamaan dalam Negara Kestuan Republik Indonesia.

SINERGI IDEOLOGI SEBAGAI KEKUATAN NKRI

     Jika Orientasi dasar bangsa sudah tercipta, lalu struktur kognitifmya telah menjadikan bagian dalam bertindak, dan norma-norma bernegara tertata dan ditaati, maka terjasilah sinergi untuk membangun NKRI.

Tercapai sinergi ini jika bangsa ini oleh ideologinya disarankan untuk tidak menjalankan :

  1. The winner takes all berarti pemenang akan menguasai segalanya. Siapa yang berkuasa dalam sebuah negara, akan menyikat habis siapapun kecuali bagi kepentingan kelompok, kroni, golongan ataupun keluarganya. Tidak pandang bulu, lawan politiknya tidak diberi kesempatan untuk hidup. Siapapun yang berbeda, apalagi yang dipandang berlawanan dianggap sebagai musuh karena itu tidak pernah akan tumbuh kebutuhan untuk saling berbagi. Ini berarti idologi belum berperan sebagai “orientasi dasar”
  2. Absolutness, suatu pikiran dan sikap yang serba mutlak. sagalanya dinilai hitam atau putih. Sikap ini akan menampilkan intoleransi, antidialog dan antikompromi dan sekaligus ketidakramahan pada orang lain. Hanya dirinya ataupun kelompoknya yang paling benar; sedangkan, lainnya salah. Sikap ini harus kita buang jauh‑jauh. Absolutisme akan melahirkan pemikiran free fight liberalism yang juga amat bertentangan dengan keadilan dan nilai kernanusiaan. Dalam prinsip tersebut kebebasan adalah demi kebebasan, kebebasan tanpa batas. Yang ini bearti ideologi belum berperan sebagi “struktur kognisi”
3.     TThe ends justify the means berarti prinsip yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan sebagai pengaruh dari sikap memutlakan segala sesuatu. Didalamnya juga terkandung semangat Machiavelli. Kita sering terjebak dalam prinsip To the greates good for to the greates people, sepanjang untuk kebaikan bagi yang terbesar bangsa ini. Maka segala sesuatu bersikap baik, benar, dan halal. Tentu saja pemikiran semacam ini sebaiknya dihindari, karena tidak disentuhkan norma.  Jika hal ini terjadi, maka dieologi belum berfungsi menjaga norma
Berbangsa dan bernegara adalah sebuah tindakan bersama, ketika bersama maka ada yang harus direlakan. Untuk menuju NKRI yang kuat sudah melalui proses learning yang lama, hanya dengan kebersamaan dicapai, karena sesungguhnya bangsa ini sarwa beda. 

 

 

*)* djoko adi walujo: Adalah Alumni Universitas Negeri Surabaya (UNESA- Dahulu IKIP SURABAYA), doctor business administration di JOSÈRIZAL UNIVERSITY OF PHILIPPINA, Salah satu anggota dewan pendidikan propinsi jawa timur, mantan anggota dewan Pembina perpustakaan masjid propinsi jawa timur, mantan wakil ketua PGRI propinsi jawa timur, mantan Gugus Pemikir Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP-PGRI) pusat, sekretaris ISPI- Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia propinsi jawa timur, sekretaris badan penyelenggara Universitas Adi Buana Surabaya,. Memiliki International Certificated untuk pelatihan guru-guru zone Asia-Pacific (EI-Edication International), Certificate “Leadership in Higher Education” – University Technolofy of Sydney-Australia

 

 

No comments: