Google

Wednesday, May 16, 2018

ARAHAN REKTOR: WORKSHOP MENULIS BUKU



ARAHAN REKTOR:
WORKSHOP MENULIS BUKU
Bagi Dosen Muda Universitas Adi Buana.
Kerjasam Penerbit Andi Offset dan Universitas Adi BUana.
Kesejahteraan Rakhmad moga terlimpah,
Assalamulaikaum Wr Wb.
Om Swasti Astu
Mengulang-ulang rasa syukur adalah suatu nikmat, karena bersyukur itu adalah bentuk refleksi terima kasih atas kemurahan Tuhan sang pencipta alam. Oleh karenanya saat ini saya mengajak saudara peserta workshop untuk memunajat, atas nikmat, untuk membangun niat.
Hari ini kita semua bersatu dalam tujuan mulia, untuk mengerahkan segenap niatan dalam membangun sekaligus melengkapi kapabilitas sebagai dosen. Kita diingatkan oleh kata bijak ini.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” (Pramoedya Ananta Tour)
Kita harus membuat sejarah kehidupan, dan sadar bahwa kita harus mendapat mengakuan yang utuh dari masyarakat, bahwa dosen itu pengemban Tri Dharma, harus mampu menuliskannya.
Dalam arahan ini saya mengajar saudara untuk melakukan, hal-hal yang luar biasa, hal-hal yang melampaui batas.
Menurut seorang-orang yang piawai menulis, Elbow mengatakan bahwa yakni , Menulis itu tumbuh dan harus digodog. Saat ini saudara akan ditumbuhkankan niatnya, lalu digodog kemampuannya.
Elbow dalam beberapa bukunya menekankan gagasan menulis dalam ranah kebebasan [freewriting], meyakinkan khalayak bacanya, bahwa menulis itu semacam pertumbuhan, juga merupakan proses penggodokan.
Pertumbahan, maknanya seorang-orang harus memulai dan tiada henti. Dalam proses ini menulis harus dibebaskan dari mitos-mitos yang mencengkeram, ketika orang telah mematok dirinya tidak mampu, dan anggapan itu telah bersemayam pada dirinya, maka pupuslah kemampuan itu, dan membiarkan kemampuan yang tersembunyi, tetap sembunyi.
Lalu Elbow juga mengatakan, bahwa energi awal adalah yang mengantarkan pertumbuhan, dan pertumbahan itu akan bergerak liar dengan berbagai intensitasnya. Ketika hal itu tumbuh akan membangun sebuah ketrampilan dan berkembang malalui tahapan percaya [believe], bertindak dan melakukan, akhirnya menjadi kebiasaan [habit], dan saat paling akhir menjadi budaya [culture]
Elbow mengatakan dengan lugas, pertumbuhan berarti kata-kata berevolusi melalalui tahapan-tahapan. Pertumbuhan terpenting menurut Elbow adalah tingkat intensitas menulis atau banyak menulis. Dengan banyak menulis, seorang orang mendorong pertubuhan lainnya [menemukan titik tumpu dan kemampuan menyunting, bahkan dapat menemukan banyak temuan yang membanggakan]
Selanjutnya saya berpesan kepada saudara untuk menghilangkan mitor tulis semacam ini:
1. Demophobia (a fear of people [audience])
2. Liophobia (a fear of speaking) [ I can’t write them down with my own words!]
3. Katagelophobia (e fear ridicule)
Demophobia adalah takut kerumunan orang atau massa, ketakutkan akan khlayak, menuansai rasa takut seorang-orang penulis karena karyanya dibaca orang lain. Inilah sebuah phobia yang menghatui seorang penulis.
Laliophobia adalah rasa ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengungkapkan kata-kata, mengungkapkan pikiran hati ke dalam tulisan. Jika ini menyeruak kedalam pikiran kita, disinilah kita akan tersembunyi dan tidak dapat menunjukkan pada orang lain, bahwa sejatinya kita semua itu adalah penulis
Katagelophobia adalah rasa takut dicerca, dicemoh, perasaan ini hinggap pada personalitas yang cenderung perfeksionis, serba sempurna. Disinilah meraka tidak akan menulis apapun dalam kehidupannya.
Itulah arahan saya, semoga kita saat ini kita semua mengukir niat, untuk menyelamatkan kita dari keengganan mengungkap semua potensi yang ada pada diri kita.
Akhirnya kita sepakat, untuk membangun harapan, demi Universitas kita yang penuh energi, agar kita dan universitas kita tidak punah karena terkikisnya semangat literasi.
Asalamulaikum wr wb.
Om santi santi.
Rektor
Djoko aw

No comments: