ARAHAN REKTOR:
WORKSHOP MENULIS BUKU
Bagi Dosen Muda Universitas Adi Buana.
Kerjasam Penerbit Andi Offset dan Universitas Adi BUana.
WORKSHOP MENULIS BUKU
Bagi Dosen Muda Universitas Adi Buana.
Kerjasam Penerbit Andi Offset dan Universitas Adi BUana.
Kesejahteraan Rakhmad moga terlimpah,
Assalamulaikaum Wr Wb.
Om Swasti Astu
Assalamulaikaum Wr Wb.
Om Swasti Astu
Mengulang-ulang rasa syukur adalah
suatu nikmat, karena bersyukur itu adalah bentuk refleksi terima kasih atas
kemurahan Tuhan sang pencipta alam. Oleh karenanya saat ini saya mengajak
saudara peserta workshop untuk memunajat, atas nikmat, untuk membangun niat.
Hari ini kita semua bersatu dalam
tujuan mulia, untuk mengerahkan segenap niatan dalam membangun sekaligus
melengkapi kapabilitas sebagai dosen. Kita diingatkan oleh kata bijak ini.
“Orang boleh pandai setinggi
langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari
sejarah.” (Pramoedya Ananta Tour)
Kita harus membuat sejarah
kehidupan, dan sadar bahwa kita harus mendapat mengakuan yang utuh dari
masyarakat, bahwa dosen itu pengemban Tri Dharma, harus mampu menuliskannya.
Dalam arahan ini saya mengajar
saudara untuk melakukan, hal-hal yang luar biasa, hal-hal yang melampaui batas.
Menurut seorang-orang yang piawai
menulis, Elbow mengatakan bahwa yakni , Menulis itu tumbuh dan harus digodog.
Saat ini saudara akan ditumbuhkankan niatnya, lalu digodog kemampuannya.
Elbow dalam beberapa bukunya
menekankan gagasan menulis dalam ranah kebebasan [freewriting], meyakinkan khalayak bacanya, bahwa menulis itu
semacam pertumbuhan, juga merupakan proses penggodokan.
Pertumbahan, maknanya
seorang-orang harus memulai dan tiada henti. Dalam proses ini menulis harus
dibebaskan dari mitos-mitos yang mencengkeram, ketika orang telah mematok
dirinya tidak mampu, dan anggapan itu telah bersemayam pada dirinya, maka
pupuslah kemampuan itu, dan membiarkan kemampuan yang tersembunyi, tetap sembunyi.
Lalu Elbow juga mengatakan, bahwa
energi awal adalah yang mengantarkan pertumbuhan, dan pertumbahan itu akan
bergerak liar dengan berbagai intensitasnya. Ketika hal itu tumbuh akan
membangun sebuah ketrampilan dan berkembang malalui tahapan percaya [believe], bertindak dan melakukan,
akhirnya menjadi kebiasaan [habit],
dan saat paling akhir menjadi budaya [culture]
Elbow mengatakan dengan lugas, pertumbuhan berarti kata-kata berevolusi melalalui tahapan-tahapan. Pertumbuhan terpenting menurut Elbow adalah tingkat intensitas menulis atau banyak menulis. Dengan banyak menulis, seorang orang mendorong pertubuhan lainnya [menemukan titik tumpu dan kemampuan menyunting, bahkan dapat menemukan banyak temuan yang membanggakan]
Elbow mengatakan dengan lugas, pertumbuhan berarti kata-kata berevolusi melalalui tahapan-tahapan. Pertumbuhan terpenting menurut Elbow adalah tingkat intensitas menulis atau banyak menulis. Dengan banyak menulis, seorang orang mendorong pertubuhan lainnya [menemukan titik tumpu dan kemampuan menyunting, bahkan dapat menemukan banyak temuan yang membanggakan]
Selanjutnya saya
berpesan kepada saudara untuk menghilangkan mitor tulis semacam ini:
1. Demophobia (a fear of people [audience])
1. Demophobia (a fear of people [audience])
2. Liophobia (a fear of speaking) [ I can’t write them down with my own words!]
3.
Katagelophobia (e fear ridicule)
Demophobia adalah takut kerumunan
orang atau massa, ketakutkan akan khlayak, menuansai rasa takut seorang-orang
penulis karena karyanya dibaca orang lain. Inilah sebuah phobia yang menghatui
seorang penulis.
Laliophobia adalah rasa ketakutan
akan ketidakmampuan untuk mengungkapkan kata-kata, mengungkapkan pikiran hati
ke dalam tulisan. Jika ini menyeruak kedalam pikiran kita, disinilah kita akan
tersembunyi dan tidak dapat menunjukkan pada orang lain, bahwa sejatinya kita
semua itu adalah penulis
Katagelophobia adalah rasa takut
dicerca, dicemoh, perasaan ini hinggap pada personalitas yang cenderung
perfeksionis, serba sempurna. Disinilah meraka tidak akan menulis apapun dalam
kehidupannya.
Itulah arahan saya, semoga kita
saat ini kita semua mengukir niat, untuk menyelamatkan kita dari keengganan
mengungkap semua potensi yang ada pada diri kita.
Akhirnya kita sepakat, untuk
membangun harapan, demi Universitas kita yang penuh energi, agar kita dan
universitas kita tidak punah karena terkikisnya semangat literasi.
Asalamulaikum wr wb.
Om santi santi.
Rektor
Djoko aw
Djoko aw
No comments:
Post a Comment